PANGKEP SULSEL - Di sekitar kita, sesungguhnya tersedia begitu banyak bahan untuk membuat pupuk alami. Jerami, daun kering, kotoran sapi, kambing, maupun ayam adalah sumber daya yang melimpah, namun seringkali terabaikan. Padahal, semua itu bisa diolah menjadi kompos yang sangat bermanfaat bagi kesuburan tanah. Kita hanya perlu sedikit kesadaran untuk melihat bahwa pupuk alami bukan sekadar pilihan, melainkan kebutuhan mendesak.
Saat ini banyak petani yang masih bergantung pada pupuk kimia karena hasilnya instan. Tanaman memang cepat tumbuh, panen tampak lebih mudah didapat, tetapi di balik itu tanah kita semakin lama semakin keras dan miskin unsur hara. Tanah sawah, kebun, bahkan empang yang seharusnya menjadi sumber kehidupan bagi generasi kita, perlahan kehilangan kesuburannya. Semua ini akibat ketergantungan pada bahan kimia yang hanya memberi manfaat sesaat.
Bayangkan jika kondisi ini terus dibiarkan. Setiap musim tanam, petani akan semakin terikat dengan pupuk kimia, sementara biaya produksi meningkat dan hasil panen tidak selalu sebanding. Lebih parah lagi, tanah yang kehilangan humus tidak mampu lagi menopang kehidupan mikroba alami. Inilah yang membuat tanah gersang, sawah tidak subur, dan kebun tak lagi produktif. Kita sedang menggadaikan masa depan dengan kenyamanan instan.
Untuk itu, sudah saatnya kita kembali kepada yang alami. Membuat kompos dari jerami, daun-daunan, dan kotoran ternak bukan hanya mudah, tetapi juga murah. Bahan-bahannya ada di sekitar kita, hanya butuh sedikit usaha dan kemauan untuk mengolahnya. Dengan memanfaatkan limbah organik, kita sekaligus menjaga lingkungan tetap bersih, mengurangi pembakaran jerami, dan mencegah pencemaran.
Kompos bukan sekadar pupuk, tetapi juga penjaga keseimbangan tanah. Unsur organik yang dikandungnya mampu memperbaiki struktur tanah, menambah kandungan humus, dan menjaga kelembaban. Tanaman pun tumbuh lebih sehat, tidak mudah terserang penyakit, dan hasil panen lebih berkualitas. Ini adalah investasi jangka panjang yang manfaatnya jauh lebih besar daripada pupuk kimia.
Musim rendengan yang akan datang seharusnya menjadi momentum bagi petani untuk memulai dan memasyarakatkan langkah ini. Waktu masih ada untuk menyiapkan kompos dari sekarang. Jika setiap kelompok tani atau setiap warga tani mau membuat kompos, maka kebutuhan pupuk bisa terpenuhi tanpa harus membeli dalam jumlah besar. Hasilnya, biaya berkurang, keuntungan bertambah, dan tanah tetap subur.
Lebih dari itu, gerakan membuat kompos juga akan melahirkan kesadaran kolektif di masyarakat. Petani tidak lagi bekerja sendiri-sendiri, tetapi bersama-sama menjaga sumber kehidupan mereka. Sawah, kebun, dan empang bukan hanya tempat mencari nafkah, tetapi juga warisan yang harus dirawat untuk anak cucu. Kompos menjadi simbol bahwa kita peduli pada masa depan.
Pemerintah dan penyuluh pertanian juga sebaiknya ikut hadir mendukung. Edukasi dan pelatihan pembuatan kompos perlu digalakkan agar petani tidak hanya tahu, tetapi juga mampu mempraktikkannya. Dengan sinergi antara petani, pemerintah, dan masyarakat, pupuk alami bisa menjadi gerakan besar yang menyelamatkan tanah dari kerusakan.
Pada akhirnya, menjaga tanah tetap subur adalah menjaga kehidupan itu sendiri. Jika kita terus bergantung pada pupuk kimia, generasi mendatang akan mewarisi tanah yang mati. Tetapi jika kita berani kembali ke alam, mengolah limbah menjadi kompos, maka kita meninggalkan warisan berharga berupa tanah yang hidup, subur, dan penuh harapan. Dari jerami, daun, dan kotoran sederhana, lahirlah masa depan yang hijau.
Saya buatkan panduan cara dan bahan membuat kompos berkualitas tinggi agar tanah subur, tanaman sehat, dan hasil panen lebih maksimal.
Bahan Membuat Kompos Berkualitas:
1. Bahan hijau (kaya nitrogen / N):
Sisa sayuran & buah, Rumput segar, Daun hijau, Ampas teh/kopi, Kotoran ternak (sapi, kambing, ayam)
2. Bahan coklat (kaya karbon / C):
Jerami padi, Daun kering, Sekam padi, Serbuk gergaji/kertas tanpa tinta
3. Bahan tambahan (opsional agar kualitas lebih baik):
EM4 / larutan gula + ragi (sebagai aktivator mikroba) Abu dapur (sumber Kalsium & Kalium) Tanah gembur (menambah mikroba alami)
Cara Membuat Kompos Berkualitas:
1. Siapkan wadah
Lubang tanah (50–100 cm), tong/drum, atau kotak kayu.
2. Susun bahan secara berlapis
Lapisan dasar: jerami atau ranting (±10–15 cm) untuk sirkulasi udara. Lapisan berikutnya: campuran bahan hijau (sayuran, daun hijau, kotoran ternak). Lapisan atas: bahan coklat (daun kering, sekam, serbuk kayu).
3. Taburkan tanah tipis di atas setiap lapisan untuk menambah mikroba.
4. Percikkan larutan EM4 (1 tutup botol EM4 + 1 liter air + 1 sdm gula) untuk mempercepat fermentasi.
5. Ulangi lapisan hingga tumpukan setinggi ±1 meter.
6. Jaga kelembapan
Jika kering → perciki air. Jika terlalu basah → tambahkan bahan kering (jerami/sekam).
7. Tutup rapat dengan karung goni, plastik, atau daun pisang agar panas dan proses fermentasi terjaga.
8. Aduk tumpukan setiap 1–2 minggu sekali supaya oksigen masuk dan proses merata. Lama Proses 1–2 bulan (lebih cepat jika memakai EM4/aktivator).
Kompos matang ditandai dengan: Warna hitam kecoklatan Tekstur remah, lembut, Bau tanah segar (tidak bau busuk), Suhu normal (tidak panas)
🌾 Cara Pemakaian
Padi / tanaman lahan luas: 2–5 ton/ha sebagai pupuk dasar. Sayuran: 0, 5–2 kg per lubang tanam. Kebun buah: 3–5 kg per pohon (ditabur di sekitar perakaran). Kolam/empang: bisa ditebar tipis di dasar untuk memperkaya plankton alami.
Pangkep 4 Oktober 2025
Herman Djide
Ketua Dewan Pimpinan Daerah ( DPD) Jurnalis Nasional Indonesia (JNI) Cabang Kabupaten Pangkajene Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan