TANGERANG, Banten – Kementerian Pertanian meluncurkan terobosan signifikan dalam upaya modernisasi sektor pangan nasional melalui pengembangan alat pertanian canggih yang mengandalkan kekuatan baterai dan kecanggihan robotik. Teknologi ini dirancang untuk beroperasi secara otonom, membuka jalan bagi efektivitas dan efisiensi yang lebih tinggi dalam transformasi pertanian Indonesia.
Pada sebuah sesi uji coba di lapangan, Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, secara langsung memaparkan potensi besar dari inovasi ini. Ia mengungkapkan bahwa berbagai alat pertanian modern, seperti combine harvester dan rice transplanter yang seluruhnya diproduksi di dalam negeri, telah menunjukkan hasil yang sangat memuaskan dan siap untuk diperluas pengembangannya.
"Ini tadi uji coba. Ini kan combine harvester kita bisa buat. Rice transplanter kita buat. Yang kami inginkan adalah nanti menggunakan baterai, kemudian robotik. Jadi nanti otonomus, " ujar Menteri Amran pada Senin (13/6/2025), disela-sela kunjungannya ke Balai Perakitan dan Modernisasi Pertanian (BRMP) Mektan Serpong di Tangerang, Banten.
Lebih lanjut, Menteri Amran menjelaskan bahwa teknologi yang digagas oleh BRMP Mektan ini akan menjadi tulang punggung revolusi pertanian cerdas. Konsep ini memungkinkan generasi muda, termasuk kaum milenial dan Gen Z, untuk mengelola lahan pertanian serta proses panen hanya dengan sentuhan teknologi jarak jauh. Bayangkan, menggarap sawah kini bisa dilakukan hanya dengan mengoperasikan alat melalui sebuah tombol, bahkan dari lokasi yang berbeda.
"Milenial dengan generasi Z bisa mengolah lahan tanam, panen itu dari bawah pohon. Nah itu mimpi. Pusatnya di sini. Pake remot kontrolnya. Dari bawah pohon. Jadi Anda wartawan mau bertani, tombol aja dari Jakarta. Bertani di Bekasi tinggal distir, " papar Menteri Amran dengan antusias, menggambarkan betapa mudahnya sektor pertanian di masa depan.
Tidak hanya itu, Kementan juga menargetkan agar alat panen dan tanam ini mampu beradaptasi dengan berbagai kondisi geografis Indonesia, termasuk lahan rawa yang memerlukan kemampuan terapung. Ini akan sangat membantu petani di wilayah-wilayah yang sebelumnya sulit dijangkau.
Penggunaan energi baterai pada alat-alat ini diprediksi dapat menekan biaya operasional hingga 60 persen jika dibandingkan dengan mesin diesel konvensional. Ini merupakan langkah strategis menuju praktik pertanian yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Inovasi dalam pengembangan combine harvester juga memberikan keunggulan dalam hal penghematan biaya pengadaan. Jika sebelumnya harga satu unit alat mesin pertanian ini bisa mencapai Rp600 juta, kini dengan sentuhan BRMP Mektan, biayanya dapat ditekan hingga separuhnya, sekitar Rp300 juta per unit. Demikian pula dengan rice transplanter, yang tadinya berharga Rp60 jutaan, kini bisa dikembangkan dengan biaya sekitar Rp10 jutaan.
Menteri Amran menegaskan, setiap inovasi ini adalah bagian integral dari visi besar Kementan untuk menciptakan pertanian modern di Indonesia. Efisiensi, kreativitas, dan kemandirian dalam penguasaan teknologi menjadi pilar utama demi menjaga ketahanan dan kedaulatan pangan nasional.
Meskipun target kuantitas produksi belum dapat dipastikan karena alat-alat ini masih dalam tahap uji coba, Menteri Amran optimis bahwa teknologi ini akan segera diaplikasikan secara luas. Ini akan menandai dimulainya era baru pertanian yang lebih cerdas, hemat energi, dan pastinya lebih menarik bagi generasi muda.
"Memang begitu kalau pemimpin. Kalau sudah capai target, naik lagi. Jadi gantungkan cita-citamu sejengkal di atas kepala. Begitu raih, naik lagi. Bung Karno juga benar. Gantungkan Cita-Citamu Setinggi Langit, " kutip Menteri Amran, memotivasi. (PERS)

                        14 hours ago
                                6
                    
















































