PANGKEP SULSEL - Bulan Agustus 2025 ini, banyak petani di Kabupaten Pangkep sudah menuntaskan panen padi gadu. Sawah-sawah yang beberapa minggu lalu hijau kini mulai berubah menjadi hamparan jerami kering yang tersisa setelah panen. Sayangnya, sebagian petani masih memiliki kebiasaan membakar jerami, padahal cara ini tidak hanya merusak lingkungan tetapi juga menghilangkan potensi besar untuk meningkatkan kesuburan tanah. Jerami padi sebenarnya adalah sumber bahan organik yang melimpah dan gratis, yang jika diolah menjadi kompos, akan memberikan manfaat jangka panjang bagi tanah dan tanaman.
Membakar jerami memang terlihat praktis dan cepat membersihkan lahan, tetapi dampak buruknya cukup serius. Asap yang dihasilkan bisa mengganggu kesehatan pernapasan, mengurangi kualitas udara, dan membunuh organisme tanah yang bermanfaat. Lebih dari itu, unsur hara penting seperti nitrogen, fosfor, dan kalium yang terkandung dalam jerami akan hilang sia-sia. Padahal, unsur-unsur tersebut sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan padi pada musim tanam berikutnya.
Sebaliknya, jika jerami diolah menjadi pupuk kompos, petani akan mendapatkan pupuk organik yang ramah lingkungan, kaya unsur hara, dan aman untuk jangka panjang. Prosesnya pun tidak sulit, cukup dengan mencampur jerami dengan kotoran ternak, dedak, dan aktivator mikroba seperti EM4, lalu membiarkannya terfermentasi beberapa minggu. Hasilnya adalah kompos yang dapat menggemburkan tanah, meningkatkan kemampuan tanah menahan air, dan menambah kehidupan mikroorganisme yang menguntungkan bagi tanaman.
Keuntungan lainnya, dengan memanfaatkan jerami menjadi kompos, petani dapat mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia yang harganya semakin mahal. Selama ini, sebagian besar biaya produksi padi terserap untuk membeli pupuk kimia. Dengan adanya pupuk kompos dari jerami sendiri, petani bisa menekan biaya sekaligus meningkatkan kualitas tanah yang sering rusak akibat penggunaan pupuk kimia secara terus-menerus.
Selain menghemat biaya, penggunaan pupuk kompos juga mendukung pertanian berkelanjutan. Tanah yang rutin diberi bahan organik akan semakin subur dan produktif dalam jangka panjang. Hal ini penting agar hasil panen tetap stabil bahkan meningkat, tanpa harus merusak ekosistem sawah. Dengan kata lain, jerami yang sering dianggap limbah ternyata bisa menjadi investasi kesuburan tanah untuk masa depan.
Langkah ini juga sejalan dengan upaya mengurangi polusi udara dan emisi gas rumah kaca. Pembakaran jerami menghasilkan karbon dioksida dan metana yang berkontribusi terhadap pemanasan global. Dengan menjadikannya kompos, petani turut berperan menjaga lingkungan dan mengurangi dampak perubahan iklim. Keuntungan ekonominya dapat dirasakan langsung, sementara manfaat lingkungannya akan dirasakan generasi mendatang.
Kini saatnya petani Pangkep meninggalkan kebiasaan membakar jerami. Mari ubah jerami menjadi pupuk emas yang akan menghidupi sawah, menghemat biaya, dan menjaga bumi tetap sehat. Dengan langkah sederhana ini, pertanian Pangkep tidak hanya menghasilkan beras untuk hari ini, tetapi juga menanam kebaikan untuk masa depan.
Cara membuat kompos dari jerami padi yang cocok untuk pupuk sawah, supaya hasil panen bisa lebih bagus dan tidak tergantung penuh pada pupuk kimia, seperti pupuk Urea, ZA, dan pupuk lainnya yang mengandung zat kimia, Kita akan bahas bahan, proses, dan tips percepatan fermentasi.
1. Bahan yang Dibutuhkan
Jerami padi segar atau kering (potong-potong ± 10–20 cm supaya cepat terurai). Kotoran ternak (sapi/kambing/ayam) ± 50–100 kg per ton jerami. Dedak halus atau bekatul ± 10–20 kg. Gula merah/molase/tetes tebu ± 1–2 kg (larutkan dalam air), Aktivator mikroba seperti EM4, Starbio, atau MOL (Mikro Organisme Lokal) ± 1 liter, Air bersih secukupnya (kadar lembab bahan ± 40–50%)
2. Cara Membuat
1. Persiapan lokasi
Pilih tempat teduh, tidak terkena hujan langsung. Siapkan alas terpal atau tanah padat untuk menumpuk jerami.
2. Potong jerami
Potong jerami menjadi ukuran 10–20 cm agar mikroba lebih mudah bekerja.
3. Membuat larutan aktivator
Campur 1 liter EM4 + 1–2 kg gula merah cair + 20 liter air bersih Aduk rata hingga larut.
4. Penyusunan bahan
Sebar jerami setebal ± 20–30 cm. Taburkan kotoran ternak dan dedak di atas jerami. Siram dengan larutan EM4 sampai lembap (jangan terlalu basah).
5. Tumpuk berlapis
Ulangi penyusunan jerami + kotoran + dedak + larutan sampai semua bahan habis Bentuk gundukan setinggi ± 1–1, 5 m.
6. Fermentasi
Tutup gundukan dengan terpal supaya panas dan kelembapan terjaga. Balik tumpukan setiap 5–7 hari untuk memasukkan oksigen.
3. Lama Proses
Dengan aktivator, kompos bisa matang dalam 3–4 minggu.Tanpa aktivator, bisa 2–3 bulan.
Kompos matang ditandai:
Warna hitam kecokelatan Tekstur remah, tidak terlihat bentuk jerami utuh Suhu normal, bau tanah segar
4. Cara Aplikasi di Sawah
Tebarkan kompos ± 2–3 ton per hektar 2 minggu sebelum tanam.
Campur rata dengan tanah saat pengolahan lahan.
Bisa dikombinasikan dengan pupuk NPK dosis rendah untuk hasil optimal.
Pangkep 6 Agustus 2025
Herman Djide
Ketua Dewan Pimpinan Daerah Jurnalis Nasional Indonesia Cabang Kabupaten Pangkajene Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan