Hendri Kampai: Indonesia Negara Agraris Tanpa Kedaulatan Pangan?

10 hours ago 1

PERTANIAN - Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan lahan pertanian yang luas dan lebih dari 65% penduduknya bekerja sebagai petani, seharusnya Indonesia menjadi negara dengan ketahanan pangan nomor satu di dunia. Namun, ironi yang terjadi justru sebaliknya—Indonesia masih bergantung pada impor pangan untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Mengapa negara dengan potensi agraris sebesar ini masih menghadapi permasalahan ketahanan pangan?

1. Ketergantungan pada Impor: Antara Kebutuhan dan Kebijakan
Fakta menunjukkan bahwa Indonesia masih mengimpor beras, gandum, kedelai, gula, daging sapi, hingga garam dalam jumlah besar setiap tahunnya. Hal ini menjadi paradoks karena Indonesia memiliki lahan yang luas dan iklim yang mendukung pertanian. Salah satu penyebab utama adalah kebijakan pangan yang kurang berpihak pada petani lokal.

Impor sering kali dilakukan dengan alasan stabilisasi harga, tetapi di sisi lain hal ini justru membunuh daya saing petani lokal. Alih-alih memberikan subsidi dan perlindungan kepada petani, pemerintah justru lebih mudah membuka keran impor saat produksi dalam negeri dianggap kurang mencukupi.

2. Krisis Regenerasi Petani
Mayoritas petani Indonesia adalah petani kecil dengan usia rata-rata di atas 50 tahun. Anak-anak muda semakin sedikit yang tertarik untuk bekerja di sektor pertanian karena dianggap tidak menguntungkan dan tidak menjamin kesejahteraan.

  • Minimnya akses terhadap teknologi modern
  • Harga jual yang tidak sebanding dengan biaya produksi
  • Ketiadaan jaminan pasar yang pasti

Semua ini membuat regenerasi petani menjadi krisis serius yang akan berdampak pada masa depan ketahanan pangan Indonesia.

3. Alih Fungsi Lahan dan Krisis Infrastruktur Pertanian
Di banyak daerah, lahan pertanian terus menyusut akibat alih fungsi menjadi kawasan industri, perumahan, atau perkebunan komersial. Ironisnya, kebijakan tata ruang sering kali lebih menguntungkan investor daripada petani kecil.

Selain itu, infrastruktur pertanian seperti irigasi, jalan desa, dan akses transportasi masih tertinggal. Hal ini menyebabkan produksi pertanian sulit berkembang dan harga distribusi hasil tani menjadi lebih mahal.

4. Ketergantungan pada Pangan Impor yang Tidak Sesuai dengan Kebutuhan Lokal
Indonesia mengimpor gandum dalam jumlah besar untuk memenuhi kebutuhan tepung terigu, padahal gandum bukan tanaman yang cocok dengan iklim Indonesia. Jika Indonesia lebih serius mengembangkan sumber pangan lokal seperti sagu, singkong, dan sorgum, ketergantungan pada impor bisa berkurang. Namun, kebijakan dan industri makanan cenderung lebih mendukung produk berbasis impor daripada inovasi pangan lokal.

5. Solusi untuk Kedaulatan Pangan Indonesia
Agar Indonesia bisa mencapai kedaulatan pangan, ada beberapa langkah yang harus segera diambil:

  • Kebijakan Pro-Petani: Pemerintah harus lebih serius melindungi harga dan hasil pertanian lokal agar petani tidak selalu merugi.
  • Regenerasi Petani: Harus ada insentif bagi generasi muda untuk kembali ke sektor pertanian dengan dukungan teknologi dan pembiayaan yang lebih mudah.
  • Penguatan Infrastruktur Pertanian: Irigasi, akses jalan, dan mekanisasi pertanian harus diperbaiki agar hasil panen lebih maksimal.
  • Diversifikasi Pangan: Jangan hanya bergantung pada impor gandum atau beras, tapi perkuat sumber pangan lokal seperti sagu, ubi, dan jagung.
  • Batasan Impor yang Ketat: Impor hanya dilakukan dalam keadaan darurat dan bukan menjadi kebijakan utama.

Indonesia Harus Menjadi Negara Agraris yang Berdaulat Pangan
Tidak ada alasan bagi Indonesia untuk terus bergantung pada impor pangan. Dengan lahan luas, tenaga kerja pertanian yang besar, serta kekayaan alam yang melimpah, Indonesia seharusnya mampu menjadi negara dengan ketahanan pangan terbaik di dunia. Namun, tanpa kebijakan yang berpihak kepada petani, infrastruktur yang memadai, dan kesadaran akan pentingnya diversifikasi pangan lokal, Indonesia akan terus terjebak dalam ketergantungan pangan dari negara lain.

Saatnya Indonesia membangun ketahanan pangan yang kuat, mandiri, dan berdaulat!

Jakarta, 14 Maret2025
Hendri Kampai
Ketua Umum Jurnalis Nasional Indonesia/JNI/Akademisi

Read Entire Article
Pertanian | | | |