PANGKEP – Ketua Dewan Pimpinan Daerah Jurnalis Nasional Indonesia (DPD JNI) Kabupaten Pangkep, Herman Djide, mengusulkan strategi yang segar dan visioner untuk menghidupkan lahan-lahan tidur di desa. Ia menekankan pentingnya membangun rumah-rumah tani terlebih dahulu di sekitar lahan yang belum tergarap, sebagai pusat edukasi dan wisata tani.
Menurutnya, pemberian ilmu kepada petani tidak harus dilakukan secara resmi dan kaku di aula atau gedung pemerintahan. Justru pendekatan yang lebih membumi dan dekat dengan aktivitas warga akan lebih efektif.
“Pendidikan petani tidak harus di aula, tapi bisa dilakukan langsung di rumah-rumah tani yang kita bangun di sekitar lahan tidur. Di sanalah tempat berkumpul, belajar, dan bertukar ide, ” ujar Herman saat ditemui di sela-sela kegiatan diskusi pertanian desa, Jumat (11/4).
Rumah tani yang dimaksud bukan hanya tempat tinggal atau gudang alat, tetapi menjadi pusat kegiatan desa: ada unsur edukasi, praktik lapangan, tempat istirahat petani, hingga bisa dikembangkan sebagai spot wisata tani.
“Buat dulu rumah yang jadi simbol perubahan. Rumah itu jadi tempat ngumpul warga, jadi pusat semangat. Setelah itu, baru kita mulai buka lahan bersama-sama, ” lanjutnya.
Menurut Herman, kehadiran rumah wisata tani bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat. Warga yang tadinya kurang termotivasi, akan mulai ikut terlibat saat mereka melihat ada gerakan nyata, tempat berkegiatan, dan hasil yang bisa mereka tiru.
Dengan konsep wisata tani yang sederhana namun fungsional, rumah-rumah tersebut bisa sekaligus menarik kunjungan pelajar, relawan, atau wisatawan lokal yang ingin belajar pertanian alami, beternak, atau berkebun secara mandiri.
“Kalau konsep ini dibangun dari awal, maka membuka lahan tidur bukan lagi sekadar kerja berat, tapi sudah menjadi gerakan sosial. Ada kebersamaan, ada kesenangan, dan ada hasil nyata yang bisa dirasakan, ” katanya.
Herman juga melihat rumah tani sebagai tempat tumbuhnya semangat gotong royong dan wadah terbentuknya kelompok tani baru. Ia yakin ketika ada tempat berkumpul yang produktif, ide-ide besar akan lahir dari warga sendiri.
“Tempat itu bukan hanya rumah secara fisik, tapi rumah harapan, rumah kebangkitan desa. Di sana kita bisa tanam semangat, bukan hanya benih, ” tuturnya.
Ia mengajak semua elemen, mulai dari pemerintah desa, tokoh masyarakat, petani muda, hingga pegiat wisata untuk bersama-sama mewujudkan konsep ini. Dengan sinergi, rumah tani bisa menjadi jantung dari perubahan desa.
“Ini bukan soal pertanian saja. Ini soal mengubah pola pikir masyarakat. Rumah wisata tani akan menjadi titik awalnya, ” pungkas Herman Djide penuh keyakinan. ( Ince Arifin)